Siapa yang pernah menduga, jika dunia komunitas menulis, memberi jarak pertemanan kami menjadi dekat.
Aku mengenal perempuan bertubuh mungil ini, awalnya hanya dari
nama. Deka Amalia. Ada nama itu di sebuah komunitas untuk region Tangerang
Selatan. Sekitar 6 atau 7 tahun lalu.
Kemudian, setelah aku keluar dari group tersebut, karena tidak
serg dengan kondisi yang tak kondusif saat itu, aku tak pernah tahu kabar Mbak
Deka -demikian aku memanggilnya- ataupun
kabar komunitas region Tangsel tersebut.
Hingga suatu hari, tepatnya sekitar 3 tahunan lalu, aku mencoba
bergabung di WSC group, sebuah group kepenulisan di Facebook. Dan kembali
mengenal mbak Deka, yang ternyata founder group tersebut.
Pertama kali diajak gabung, juga langsung didaulat untuk membagi
pengalamanku menuliskan antologi “Dan Akupun Berjilbab,” sebuah buku yang
kususun tahun 2010 lalu, dan memiliki banyak story terkait ngeblog di Multiply
dan kehidupan media sosial Facebook.
Selesai acara sharing kepenulisan, dan menjelang launching buku antologi dari Komunitas WSC di FX Senayan |
Tak lama, mbak Deka, dengan cepat, mengajakku bergabung di
sebuah acara kepenulisan di kawasan FX Senayan. Sejak itu, silaturahim kami
semakin sering berlangsung. Ditambah tiga hal kesamaan yang membuat aku merasa “klik”dengan
Ibu dari 3 puteri bernama Suci, Sisi dan Salsa ini.
Pertama, kami sama-sama
penulis dari Tangsel, hehehe. Kedua, sama-sama mantan dosen. Meski beda jalur.
Mbak Deka berangkat dari dunia pendidikan sastra, sementara aku dari dunia
pendidikan ilmu hukum. Keliatan ya, yang nyeleneh jalurnya siapa? Hehehe…
Dan alasan ke tiga, karena ternyata, anak-anak mbak Deka adalah
alumni dari SD yang sama dengan tempat kak Billa -putri sulungku- sekolah saat
ini.
Hahaha No make up at all... jumpa di SD anak. Aku hendak jemput Billa, mbak Deka anter anaknya yang kelas 6 SD. |
Sebetulnya, banyak hal lain, yang membuat kami kalau ngobrol
nyambung. Aku belajar tentang perjuangan mbak Deka jadi seorang ibu dari putri
yang tuna rungu namun sangat berbakat di
bidang menggambar. Sering cerita perjuangannya menjadi penyemangat diri. Karena
aku pun menghadapi cobaan yang mungkin tak sebesar mbak Deka, dalam menghadapi
Aam, -putra bungsuku- yang gifted child.
Mbak Deka sendiri menggeluti banyak bidang, namun benang
merahnya adalah menulis. Aku takjub dengan perempuan yang tahun lalu menginjak usia 50 tahun dan telah merilis
buku “Going To 50”secara indie ini, karena tak pernah terlihat capek, selalu
senyum dan penuh semangat. Kalau dekat mbak Deka, malu deh ngeluh capek atau
tak punya semangat. Hehehe
Boleh dibilang, pertemuanku dengan mbak Deka sudah cukup sering
2 tahun terakhir ini. Selain karena jarak rumah relative satu kotamadya, juga
karena ada beberapa kegiatan yang melibatkan kami berdua di dalamnya. Baik itu
launching buku, sharing kepenulisan, hingga kelas online, atau sekedar kumpul sesama
penulis untuk memicu semangat berkarya.
Kumpul dengan anggota WSC Writerpreneur |
Kali ini aku ikutan Pesta Buku 2 barang mbak Deka Aku ikut launching buku Berdamai Dengan Ayah |
Ngumpul, makan dan diskusi kepenulisan bareng Kak Wyk dan Mbak Deka @ Citos I love this moment |
Senang banget temen-temen penulis ini mau ngumpul di rumah beberapa waktu lalu |
Aku mengikuti perkembangan kegiatan mbak Deka lewat media sosial juga. Tak sekedar
sebagai mentor dan penulis, juga sebagai
perempuan bisnis, di bidang kepenulisan. Detailnya, bisa dilirik dan
baca di blognya www.dekamalia.com dan
foto-foto di facebooknya menunjukkan kegiatannya yang full nyaris setiap minggu.
Sebagai tamu di blogku dengan hastag "temanku penulis", aku seperti biasa akan mengajukan 5
pertanyaan viawhatsapp. Dan ini hasil tanya jawabnya :
1. Aku : “Mbak, masih inget gak pertama kali jumpa Dian? Dimana,
kapan dan dalam rangka apa?”
*Ini adalah pertanyaan
standar namun wajib. Sekedar membuktikan bahwa memang kami mengalami proses
awal pertemanan. J
Mbak Deka : “Ingat banget. Aku ke rumah Dian bareng Cici Tanti.
Kita ngobrol sampai sore. Dalam rangka maen xi xi xi.”
Ini moment cakep Pertama kali kopdar sama mbak Deka ditemenin makmin KEB yang super sibuk Cici Tanti Amelia di depan rumah kontrakan di Gelatik hehehe |
2. Aku : “Dari sekian banyak profesi Mbak Deka baik pekerjaan
yang dulu hingga sekarang mbak Deka jalani, seperti penulis, trainer, dosen, mentor,
bisnis woman,... mana yg paling Mbak Deka sukai nomor 1. Berkenan dibuat
listnya, dan kenapa?”
Mbak Deka : “Berikut, list profesi yang disukai:
1) penulis karena penggilan hati. Rasanya nanti akan lebih
banyak menulis. Setelah bisnis berjalan lancar, aku akan menghabiskan lebih
banyak waktu untuk menulis.
2) Trainer/mentor. Karena cinta banget sama dunia mengajar.
Sudah mendarah daging sejak dulu.
3) Bisnis woman. Dengan ini ingin bisa lebih banyak berbagi
manfaat dan membuka peluang bagi banyak orang utk terlibat. Sementara Dosen
sudah pensiun tetapi tetap di jalur pendidikan.”
Mbak Deka dan Delima |
3. Aku : “Mbak Deka memiliki 3 anak perempuan dgn beda2 karakter.
Mbak Deka berharap gak mereka akan mengikuti jejak Mbak Deka sebagai penulis?”
Mbak Deka : “Memiliki 3 anak tentu berharap tetapi tidak mau
memaksa. Karena anak harus dibebaskan melakukan apa yg mereka cintai. Seperti
aku mencintai dunia menulis dan mengajar.”
4. Aku : “Dalam berhubungan dengan penulis lain, Kiat apa yg Mbak
Deka pakai untuk tidak baperan atau mudah tersinggung atau tersindir...?”
Mbak Deka : “Kiatnya, mencoba memahami perbedaan dan tidak terlalu
memikirkan pendapat orang lain tentang aku. Selama aku yakin yg aku lakukan
benar dan tidak merugikan siapa pun maka aku akan terus berjalan di jalurku utk
meraih impian.”
5. Aku : "Saat ini... apakah cita-cita Mbak Deka sudah terwujud
atau Mbak Deka masih ingin melakukan hal lain? Atau punya mimpi yg beda dari
yang sekarang dijalanin?”
Deka : “Usia sudah 50 tetapi cita-citaku masih setinggi langit.
Belum terwujud semua. Masih bertahap meraih impian. Tetapi aku melihat banyak
orang sukses memulainya setelah usia lebih dari setengah abad ini. Maka aku
semangat.
Rasanya nggak pengen melakukan hal lain atau melakukan hal yg
berbeda. Aku merasa sedang berjalan bertahap meraih impian.
Krn masih banyak yg ingin diraih, di antaranya pengen punya
banyak buku solo.”
Kegiatannya sungguh penuh dan bermanfaat. keren ! |
Ini bareng Irma, saat wawancara radio. Buku yang dipegang Irma, adalah antologi yang kususun dan kutulis bersama 9 teman lainnya dan diterbitkan indie, atas bantuan mbak Deka |
See….kalian bacakan ? Betapa selalu menyala semangat yang ada di
diri Mbak Deka, patutlah kita contoh. Terutama oleh aku, yang cenderung “pemalas”
bila memakai indicator kegiatan yang mbak Deka jalani saat ini. Meski sering
kali, ia selalu menghiburku dengan kalimat “kelak kalau Billa dan Aam sudah
pada besar, Dian akan punya waktu untuk menulis. Aku dulu mengorbankan banyak
waktu menulisku, karena konsentrasi pada kegiatan Suci. Sekarang anak-anak
sudah pada besar, waktunya buatku mengembangkan diri kembali.” (Detailnya sih
aku lupa ya kalimat mbak Deka. Tapi jika kubuat sebuah dialog… maka
kalimat-kalimatnya akan seperti itu…. )
Narsis bareng, menjelang diskusi bukunya Kak Wyk :) |
Saat ini, mbak Deka aktif mentoring beberapa penulis. Ada penulis yang dari Nol banget, tapi ada juga yang sudah mumpuni nulis, tapi terkait non
fiksi belum pede… *tunjuk idung sendiri. Wkwkwkw…
Ketahuan deh... aku minta diawasin bikin buku non fiksi sama mbak Deka. Soalnya kalau ditemenin gini, in sya Allah semangat ngerjain naskahnya :) |
Juga kegiatan bersama komunitas WSC serta perusahaan Delima,
yang bergerak di bidang writing for healing. Aku agak kepo nih ama kegiatan
ini, kemaren belum sempat ngobrol-ngobrol sama mbak Deka. Hehehe.
Kisah kemenangannya dirilis di Tabloit Nikita |
Aku senang bisa kenal dengan
perempuan yang baru saja mendapat juara ke 2 dalam lomba Inspiring Womanpreneur
Competition ke 8 tahun 2016. Apalagi saat ngobrol dan diskusi
naskah kemarin ini, aku diberinya “kunci” cara ia bisa menulis beberapa
naskah dalam waktu berdekatan. Meski ternyata Kuncinya sederhana, dan pernah
kulakukan saat masih jadi dosen dulu, namun lucunya, aku nggak ngeh, jika pola
tersebut bisa dilakukan di dunia kepenulisan. Hehehe.
"Dengan cara ini, kita seperti memiliki folder dan laci tersendiri. Saat kita stuck di satu naskah. Kita bisa berpindah dengan luwesnya ke naskah lain. Dan ini butuh latihan dan sering dilakukan. Jadi Dian jangan heran, jika dalam satu waktu, aku bisa menulis 2-3 buku sekaligus." jelas mbak Deka yang bikin aku bengong.
Memang, perlu orang luar untuk membuka dan memberi pencerahan
pada otakku ini. Soalnya kalau sudah mandeg, susah banget mikir dan nulis. Kebanyakan bengong
dah kalau sudah kena deadlock. Padahal ada cara yang “cakep”mengatasinya.
Mau tau caranya? Temenan deh sama mbak Deka…. Atau minta dimentorin dia. J hehehe
Mau tau caranya? Temenan deh sama mbak Deka…. Atau minta dimentorin dia. J hehehe
Baiklah, demikian kisah temanku
penulis kali ini. Mudah-mudahan Mbak Deka selalu sukses dan sehat ya. Bangunan
mimpi yang keren banget di bidang menulis semoga terwujud sesuai keinginan. Dan
aku bisa ikut menyaksikannya, serta ikut sukses seperti mbak Deka. J
No comments:
Post a Comment