pinjem dari sini |
Pernah berpikir nggak, kenapa naskah buku kita ditolak
penerbit? Atau dikasih balasan dari penerbit, misalnya “maaf ditolak karena
bahasannya terlalu padat.”
Nah bisa jadi penolakan terjadi karena beberapa hal,
seperti
- Mungkin naskah kita tersebut banyak kalimat tidak efektifnya.
- Bisa juga karena isi naskah belum disederhanakan. Serta perlu disisipin tips dan beberapa kisah nyata yang mendukung. (karena kebanyakan penerbit menyukai naskah yang aplikatif).
- Masukkan juga point-point penting (jika naskah non-fiksi) pada naskah tersebut. Bahasan yang terlalu panjang, bisa dipecah atau dibagi-bagi lagi menjadi beberapa bagian, sehingga tidak terkesan padat.
- Bahkan jika ceritanya kebanyakan ide yang muncul sehingga membuat tulisan jadi tak focus, dapat membuat penerbit menolak juga. Sama halnya dengan banyaknya narasi dibanding dialog atau sebaliknya.
- Selain itu, kita juga harus tau jenis buku yang diterbitkan oleh penerbit, sehingga terhindar kemungkinan ditolak penerbit karena naskahnya tidak cocok dengan jenis buku atau genre yang digusung oleh penerbit.
- Dan masih banyak lagi alasan lainnya.
Satu
hal yang pasti, bahwa banyaknya naskah yang masuk pada satu penerbit, dapat
juga menyebabkan naskah tidak mendapat kabar, atau kalaupun dikabarkan ditolak,
tapi tak ada alasan penyebab penolakan. Jadi beruntunglah seorang penulis,
apabila naskahnya ditolak, tapi disertai kritikan atau masukan dari pihak
penerbit.
Yang
penting, seperti halnya jodoh yang datang dari Tuhan, maka demikian pula
perjalanan jodoh naskah dengan penerbit.
Dibutuhkan
kekuatan mental penulis untuk menerima kenyataan penolakan, kemudian bangkit
disertai kreativitas yang tinggi untuk merevisi serta membaca kemauan penerbit
dan pembaca, serta memiliki kepercayaan diri yang bagus untuk menyakini bahwa
naskah tersebut kelak akan berjodoh dengan satu penerbit.
Toh,
jodoh tak akan lari kemana. J
(Berdasarkan
hasil diskusi tentang jodoh dan naskah di group FB Iruta Penulis, telah ditulis
ulang).
Kalau jodoh tak kan lari kemana he he he he
ReplyDeletebetul mbak deka...:)
Delete