Jul 25, 2014

(Flash Fiction) Tutup Mulut

sumber dari sini




Nesha, menghinaku.

“Kurasa Ibu lo gak pernah ngajarin, cara milih capres yang benar, ya?”


Darahku mendidih. Kupilih diam. 

Esoknya, Nesha ditemukan di pojok kantor. Ia panik, saat menyentuh mulutnya yang telah terjahit rapi. Darah telah mengering.

Aku tersenyum sinis. Sebagai anak dari simpanan capres pilihanku, aku pasti aman.

No comments:

Post a Comment