Jakarta, Diplomatic City |
Lho
kenapa bangga sama Jakarta? Lah, iya dong… Terpilih menjadi Diplomatic City of
ASEAN gitu, gimana gak bangga?. Demikian statement atau pernyataan saya,
sebagai ibu rumah tangga, jika ada yang menanyakan perasaan saya mendengar
Jakarta terpilih sebagai Kota Diplomasi bagi ASEAN. Meski saya tahu, perasaan
saya tak begitu penting untuk didengar. Hehehe.
Saya
pribadi tak terlalu heran, bila Jakarta terpilih jadi Diplomatic City of ASEAN.
Lah wong negara terbesar ini, apalagi kantor sekretariat ASEAN juga di sini!
Eits!, Tapi, jangan nuduh
begitu… Bukan karena alasan kantor sekretariat ASEAN atau karena negara paling
besar se-Asia Tenggara lalu Indonesia jadi Kota Diplomatik bagi ASEAN. Pertimbangannya
tentu tak sesederhana itu.
Lho? Bukankan
karena pemikiran sederhanalah, maka yang terpikir seperti itu?
Eeeeh,
tunggu dulu. Jangan cepat mengambil kesimpulan. Mari sama-sama kita telaah,
mengapa Jakarta bisa terpilih sebagai Diplomatic City of ASEAN? Lalu, apa
dampak positif dan negatifnya bagi Indonesia khususnya Jakarta? Kesiapan apa
saja yang perlu dilakukan oleh Jakarta sebagai tuan rumah dari Perhimpunan
Bangsa-bangsa ASEAN?
Nah, di
sesi terakhir dalam tantangan 10 hari ngeblog bertema ASEAN ini, saya akan coba
analisis dengan cara yang sederhana.
Life need a diplomacy |
Yang
pertama, apa itu Diplomatic City of
ASEAN?
Menurut
pengertian bahasa, kata diplomatic yang sinonimnya adalah diplomatical, berarti “using
or marked by tact in dealing with sensitive matters of people”. Ini berarti
sebuah upaya yang menggunakan cara bijaksana (taktik), dalam mengatasi masalah
sensistif di masyarakat”.[i]
Dengan kata lain, diplomasi adalah seni dan praktek bernegosisasi oleh
seseorang yang mewakili negara atau organisasi.[ii]
Dengan
demikian, makna Diplomatic City of ASEAN
adalah sebuah kota yang menjalankan seni dan praktek bernegosiasi secara
bijaksana dalam mengatasi masalah sensitif di masyarakat ASEAN.
Dengan demikian, alasan utama Jakarta terpilih
sebagai Diplomatic City of ASEAN, tentulah
karena Jakarta dianggap mampu menjadi sebuah kota (negara) yang melakukan seni
bernegosiasi secara bijaksana, dalam mengatasi masalah sensitif di masyarakat
ASEAN. Beberapa kasus internasional yang Indonesia terlibat aktif dalam
berdiplomasi, seperti dijelaskan oleh Pak Marty Natalegawa, bahwa sepanjang tahun
2012, Indonesia telah berperan dalam diplomasi forum ASEAN, APEC, G-20, WTO,
PBB, Pasific Island Forum (FIF) dan Melanesian Spearhead Group (MSG).
Mengutip kalimat Pak Marty, bahwa diplomasi
Indonesia difokuskan dalam menjaga perdamaian dan kemakmuran dunia. Dinyatakan oleh
beliau “Apapun permasalahan trans nasional dan global yang dihadapi, dari
ancaman bencana alam, tantangan ketahanan pangan dan energi, hingga kejahatan
lintas batas seperti terorisme, trafficking, kontribusi politik negeri
Indonesia jelas dan nyata.”[iii]
Kharisma dan Kerjasama |
Belum
lagi, sepanjang sejarah diplomasi Indonesia, telah menunjukkan perannya sejak
awal kemerdekaan. Terlihat dari kharisma Indonesia ketika dipimpin Bung Karno
di era 1940 -1950, hingga dapat membentuk KTT Non-Blok, serta memprakarsai lahirnya
ASEAN ini sendiri. Jadi kharisma Indonesia yang merupakan negara besar dan
berpenduduk banyak ini tak terbantahkan.
Beberapa alasan pendukung lainnya, adalah :[iv]
Kondisi kota Jakarta yang dekat dengan negara-negara
pusat ekonomi dunia, seperti Singapura, Sydney, Tokyo, Beijing dan New Delhi,
semuanya dapat dijangkau hanya hitungan 1 hingga 8 jam angkutan udara.
Indonesia
juga memiliki komitmen yang besar serta posisi yang strategis sebagai anggota
G-20, sehingga dapat dianggap sebagai pusat kekuasaan.
Lalu,
apa dampaknya bagi Indonesia, terutama Jakarta?
Tentu
dampaknya sangat besar. Dengan menjadi kota diplomasi, membuat banyak
organisasi internasional yang menghabiskan uangnya jutaan dollar di Jakarta,
serta memperkerjakan ribuan anggota staf mereka. Tentunya memberi pemasukan devisa
bagi Indonesia, khususnya Jakarta.
Artinya,
peluang investasi akan berkembang. Kharisma Jakarta akan makin terasa dari
waktu ke waktu dengan kondisi ini. Kharisma sangat dibutuhkan dalam memberi
pengaruh positif dalam berdiplomasi. Bahkan dalam asumsi mitos sekalipun,
kharisma seseorang atau negara, mempengaruhi kebijakan politik nasional dan
luar negeri.
Bahkan,
di tahun 2010, Globalization and World Cities Study Group melaporkan, kalau
Loughborough University di Inggris memberi predikat Kota Alhpa bagi Jakarta.
Setara dengan banyak kota lainnya, seperti Amsterdam, Beijing, Brussel, Milan,
hingga Washington. Jakarta telah memiliki posisi strategis dan mempengaruhi
interaksi global.
Namun,
ini semua, berarti menantang kota Jakarta, untuk lebih fokus pada fasilitas
umum, keamanan, ketersediaan transportasi umum yang layak, membuat Mass Rapid
Transit, termasuk peningkatan infrastruktur kota Jakarta. Termasuk memperbanyak
wilayah hijau atau hutan kota sebagai paru-paru kota, menjadi Pekerjaan Rumah
(PR) bagi pemerintah Jakarta.
Untuk
mencapai itu semua, apa persiapan yang harus dilakukan oleh Jakarta, mengingat
Jakarta sebagai tuan rumah dari Perhimpunan Bangsa-bangsa ASEAN? Karena
layaknya sebagai tuan rumah, tentu harus merasa nyaman di rumah sendiri
sekaligus memberi kenyamanan bagi negara lain yang menjadi tamu atau teman
dalam perhimpunan.
Menuju Jakarta Hijau |
Persiapan
pertama, tentunya memastikan kenyamanan publik bagi ribuan diplomat yang akan
wara-wiri tinggal, berkunjung bahkan menetap di Jakarta. Misalnya keterkaitan
dengan tempat tinggal, keamanan lingkungan, kondisi kondusif bagi setiap
perwakilan negara, dan kemudahan-kemudahan lainnya. Artinya, Jakarta harus menyediakan
ruang dan pelayanan yang maksimal bagi para ekspatriat diplomat ini.
Belum
lagi, promosi Jakarta sebagai kota Diplomasi ini harus juga disebarluaskan
kepada masyarakat kota Jakarta. Agar rasa bangga diikuti dengan rasa menghargai
diri sendiri muncul. Secara tak langsung, masyarakat Jakarta akan menunjukkan
kondisi terbaiknya. Mengurangi segala bentuk kekerasan dan ketidakpatuhan
hukum. Mendukung segenap aturan pemerintah Jakarta, seperti aturan tentang lalu
lintas, pengaturan wilayah perdagangan, menghormati aturan larangan merokok dan
larangan buang sampah sembarangan, serta banyak lagi hal-hal “kecil” namun
berpengaruh besar bagi kenyamanan kota Jakarta.
Saya,
meskipun adalah hanya warga tetangga Jakarta, hidup di kawasan Pamulang, sangat
mendukung pilihan ASEAN menjadikan Jakarta sebagai kota diplomasi. Sudah
waktunya kita menunjukkan pada dunia luar, bahwa Jakarta adalah tuan rumah yang
baik, disegani, kharismatik dan mampu mengatasi persoalan internal maupun
internasional melalui kemampuan diplomasi yang sudah sangat mumpuni.
Kali
ini, saya bangga pada Jakarta.
No comments:
Post a Comment