kopi dan "ngopi" |
Sekarang ini, “ngopi”, tak sekedar
dilakukan di warung-warung pinggir jalan, atau di stasiun bus dan kereta api.
Trend “ngopi” sudah menyebar ke berbagai pusat perbelanjaan. Tak jarang “ngopi”
justru menjadi alasan untuk reuni, jumpa klien hingga kegiatan membunuh waktu.
Sebagai ibu rumah tangga, saya
bukanlah penggemar kopi. Namun, kalau sudah kepepet Deadline terkait pekerjaan
sebagai penulis, minum kopi pun saya jalani. Kadar kafein yang tinggi pada
kopi, cukup menunjang agar mata lebih lama melek. Tak heran, jika “begadang”
sering juga identik dengan kegiatan “ngopi”.
Kopi sendiri merupakan sejenis minuman
yang berasal dari proses pengolahan dan ekstraksi biji tanaman kopi[i]. Lebih
lanjut, jika bicara tentang kopi, maka sudah jamak diketahui, jika di dunia
ini, kopi Brazil (jenis kopi robusta dan arabica) menguasai ekspor kopi sedunia,
menyusul Vietnam di nomor dua dan Indonesia di nomor tiga.[ii] ASEAN boleh berbangga hati, karena dua negara
anggotanya adalah penghasil kopi terbesar.
secangkir kopi "pahit" |
Terkait dengan adanya pasar bebas di
tahun 2015 mendatang, serta upaya menuju komunitas ASEAN 2015 kelak, muncul
wacana, mampukah Vietnam dan Indonesia merebut pangsa pasar kopi dunia?
Mungkinkah kedua negara tersebut menjadi partner produksi kopi, bukan sebagai
rival atau pesaing satu sama lain?
Pertanyaan tersebut mengarah pada
analisis sederhana tentang kemungkinan kemampuan Indonesia dan Vietnam dalam
merebut pangsa pasar kopi di dunia, berkaitan dengan komunitas ASEANM 2015
medatang.
Untuk menjawab mungkin atau tidak
mungkin, perlu dianalisis dengan pisau bedah filosofis, sebagaimana selalu saya
pegang, demi otak berpikir sederhana yang saya miliki. Jadi, analisisnya dimulai
dari apa yang dimaksud dengan partner produksi kopi, mengapa wacana ini perlu
dianalisis serta kira-kira bagaimana proses yang mengarah ke partner produksi
ini berlangsung , serta apa manfaat atau tujuan adanya wacana ini?
Kopi Khas Vietnam |
Bicara tentang hakekat dari partner
produksi kopi. Secara harafiah atau berdasarkan kata demi kata, makna partner
adalah dua pihak yang berbeda yang bekerja sama karena saling membutuhkan atau
melengkapi dalam suatu usaha/kegiatan, kemudian produksi adalah proses
mengeluarkan hasil, sementara kopi adalah sejenis pohon yang banyak ditanaman
di Asia, Amerika Latin, dan Afrika, buahnya digoreng dan ditumbuk halus untuk
dijadikan bahan pencampuran minuman.[iii]
Berdasarkan makna per kata tersebut,
dipastikan maksud partner produksi kopi Vietnam-Indonesia adalah Kerjasama
antara negara (pemerintah) Vietnam dan Indonesia untuk saling melengkapi dalam suatu usaha atau
kegiatan menghasilkan kopi (sejenis pohon yang buahnya melewati proses tertentu
untuk menjadi minuman).
Lalu, mengapa diperlukan partner
produksi kopi? Untuk menjawab pertanyaan ini, dapat melihat dari beberapa sudut
pandang.
Sudut pandang pertama adalah lokasi
kedua negara. Sebagai negara yang tinggal di iklim tropis, serta sama-sama
anggota ASEAN, tentu saja memudahkan bagi kedua negara ini untuk menjadi
partner produksi kopi. Belum lagi, keduanya berada di dalam komunitas ASEAN,
yang memudahkan bagi kedua negara untuk berkomunikasi dan menjalin kerjasama.
Dua hal ini saja, sudah mengindikasikan kemungkinan dapat terwujudnya wacana
partner produksi kopi bagi Indonesia dan Vietnam.
Hanya saja, dalam proses kerjasama
atau menjadi partner, tentu harus juga melihat kemungkinan kendala-kendala yang
dihadapi, ketika mewujudkan proses tersebut. Kendala utama yang bisa
menghalangi proses partner produksi kopi ini adalah Lack of Commitment, yang
sering menyerang pemerintah Indonesia. Mengapa saya berani mengatakan hal
demikian?
Contoh kongkrit adalah penjelasan
pemerintah Lampung kepada jejaring Okezone, bawah awalnya Vietnam belajar
tentang kopi dari Indonesia, sekitar tahun 1980an. Mereka datang ke daerah
Jember, Jawa Timur untuk mengenal karakteristik Kopi Indonesia.[iv]
Sekarang (30 tahun kemudian), kapasitas produksinya jauh lebih unggul ketimbang Indonesia. Keadaan ini mengindikasikan, tingginya komitmen pemerintah Vietnam, dan berbanding terbalik dengan pemerintah Indonesia terkait kopi dan penyuluhan soal kopi. Padahal, Vietnam hanya mengandalkan lahan (tanah) di sepanjang sungai Mekong. Sebaliknya Indonesia memiliki lahan (tanah) yang berlipat kali lebih luas dari Vietnam.
Sekarang (30 tahun kemudian), kapasitas produksinya jauh lebih unggul ketimbang Indonesia. Keadaan ini mengindikasikan, tingginya komitmen pemerintah Vietnam, dan berbanding terbalik dengan pemerintah Indonesia terkait kopi dan penyuluhan soal kopi. Padahal, Vietnam hanya mengandalkan lahan (tanah) di sepanjang sungai Mekong. Sebaliknya Indonesia memiliki lahan (tanah) yang berlipat kali lebih luas dari Vietnam.
Oleh karenanya, pewujudan partner
produksi kopi ini, bisa jadi dapat terwujud, tak hanya sekedar kesamaan kondisi
iklim dan lokasi negara dalam satu komunitas, namun dibutuhkan satu visi dan
misi yang sama terkait sikap berkomitmen mewujudkan keinginan berpartner. Pihak
Vietnam bisa saja mengajari atau berbagi perihal sistem atau cara penyuluhan
kopi yang baik, yang selama ini mereka terapkan. Sementara pihak Indonesia
haruslah berbesar hati menerima masukan dari negara yang dulunya belajar dari
Indonesia. Selain itu, keunggulan Indonesia dari segi lahan, juga mengharuskan
negara Vietnam untuk bersedia melakukan kerjasama lintas wilayah dan
penyesuaian negara atas penempatan lokasi penanaman kopi mereka.
Dengan komitmen yang tinggi dan seimbang, segala bentuk kerjasama bisa terwujud |
Jika, komitmen ini mengiringi wacana
partner produksi, maka pertanyaan tentang mungkinkah partnership itu
diberlakukan, dapat saya jawab dengan tegas, adalah MUNGKIN!.
Lagi pula, tujuan berpartner produksi
itu sangat bagus. Selain meningkatkan devisa bagi kedua negara terkait
produktifitas kopi, juga menempatkan Vietnam dan Indonesia sebagai negara yang
disegani, karena dapat dipastikan melampaui hasil produksi kopi negara Brazil.
Efek lainnya, tentu saja membuat komunitas ASEAN di tahun-tahun mendatang,
mendapat tempat di mata seluruh negara di dunia.
So, Coffee, anyone? :)
No comments:
Post a Comment