Feb 21, 2013

[Proses Kreatif] Rahasia Di Balik “Rahasia Rumah Reyot”

Bertemu Pak Guru Online "Kang  Iwok" dan teman sekelas "online" Gita Lovusa



Menjadi penulis cerita anak? Tak pernah terpikirkan sedikit pun olehku. Ingin belajar menulis? Iya banget. Hal ini sudah lama kuniatkan.. Namun tak berani menempatkan diri di literasi dunia anak.

Mengapa?

Karena menurut sebagian besar pengamat buku dan dunia kepenulisan, kalau diibaratkan dalam suatu derajat atau jenjang karir, maka karir sebagai penulis buku anak yang disukai oleh anak, adalah derajat tertinggi dari seorang penulis.

Sulitnya memahami keinginan dan selera anak-anak, serta penggunaan bahasa sederhana namun bermakna, adalah yang menjadi salah satu alasan, jika menulis buku anak terkategori menantang, jika tidak mau dibilang sulit.

Selama ini, aku cenderung menjadi seorang penulis yang tergabung dalam banyak antologi. Penyebaran tulisanku adalah di kumpulan tulisan atau bunga rampai beberapa buku. Trend yang memang lagi In di Indonesia saat itu adalah menuliskan buku-buku model chicken soup.

Dengan hanya menuliskan 3 hingga 12 halaman ukuran A4, lalu memfokuskan pada satu tema khusus, maka jadilah sebuah tulisan menjadi bagian dari sebuah buku bunga rampai atau antologi.
Kondisi yang berbeda, kuhadapi ketika, mencoba menuliskan cerita anak.

Diawali dari melihat pengumuman seorang teman di Facebook, bahwa forum Blogfam membuka lowongan murid untuk ikut belajar secara gratis melalui media online. Gurunya adalah Kang Iwok, orang yang mumpuni di dunia buku anak.

Aku segera mencoba peruntungan dengan mendaftarkan diri untuk ikut serta. Kalau tak salah, di awal workshop online, ada lebih dari 20 murid yang diterima. Setiap minggu selama kurang lebih 2 bulan, kami mengikuti kegiatan secara online, mulai dari share materi hingga pe-er termasuk diskusi dan kritik dalam setiap pembuatan karya naskah tersebut.

Kerja keras bagiku, karena otak dan diksi yang telah terkontaminasi pola pikir seorang dosen ilmu hukum. Membuatku ekstra keras lagi belajar tentang bahasa dan pilihan kata sederhana. Bahwa dalam satu alinea, harus sekian baris. Bahwa dalam satu baris, maksimal sekian kata. Bahwa dalam satu bab, hanya menonjolkan tokoh satu dua orang saja. Bahwa penggambaran lokasi atau setting harus demikian dan seterusnya.

*Wuih, ngelap keringet, ketika aku pertama kali mencoba menuliskan cerpen-cerpen anak itu. 

Setelah 2 bulan belajar, dengan tekun. Karena pada akhirnya, yang berhasil rutin ikut hingga akhir hanya 11 orang murid saja. Seleksi alam, istilahnya.

Kami bersebelas, diminta untuk membuat karya akhir. Dengan kritik dan saran dari pak guru serta teman-teman sekalian. Sebelas karya tersebut akhirnya lahir menjadi sebuah buku antologi atau kumpulan cerita anak bertema misteri. Dan yang membuat aku jingkrak-jingkrak kesenangan adalah, sebagai orang yang minim ilmu di bidang menulis cerita anak, melihat tulisanku berjudul “Rahasia Rumah Reyot” menjadi Cover Story, berikut gambar cover buku adalah tokoh rekaanku, rasanya selangit senangnya.

Tulisan ini berada di halaman 77-91.

Cerita Rahasia Rumah Reyot ini sederhana. Entah mengapa, beberapa kali menulis cerita anak, aku selalu memulainya dengan mencari judul yang enak didengar. Berbeda dengan menulis antologi non fiksi dewasa, aku cenderung mencari tema dan fokus pada tema, sementara untuk cerita anak, aku lebih dulu memilih sebuah judul berdasarkan tema yang digusung.

Maka tak heran, setelah mendapatkan judul Rahasia Rumah Reyot, aku baru membuat mind map, tentang siapa nama tokoh atau karakternya. Lalu konfliknya apa, serta setting dimana dan bagaimana penyelesaian konflik. Boleh dibilang, aku mengerjakan tugas ini nyaris 2-3 minggu.

Minggu pertama aku membuat draft cerita. Menentukan karakter dan mencari setting serta konflik. Aku sempatkan riset mencari kira-kira informasi yang menarik dan bisa dibagikan kepada pembaca bergenre anak-anak.

Pilihan setting pantai Lampung, kondisi penyu hijau yang mulai berkurang, karakter anak kembar yang selalu menjadi pilihanku *efek samping dari pernah berharap memiliki anak kembar mungkin ya?, serta memasukkan unsur misteri dengan tidak menjabarkan solusi masalah dari awal, menjadi resepku ketika membuat cerita ini. Cara yang sama kulakukan ketika membuat cerita anak berjudul Teka Teki Telapak Tangan yang Alhamdulillah, pernah masuk pemenang harapan di lomba cerita misteri anak majakah Bobo di tahun 2009.

Sejak itu, aku mulai melirik dunia buku anak. Bergabung dalam forum PBA [penulis buku anak] di facebook, dan mulai ikut beberapa kali workshop penulisan buku anak secara offline. InsyaAllah tahun 2011 atau mungkin awal tahun depan, ada hasil dari setiap pembelajaran yang aku ikuti. InsyaAllah. Amin. 

6 comments:

  1. Pengen banget ikut kelas nulis online gratis kayak gitu..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Dulu itu uni jugA gak sengaja dapatnya Dee.,...)

      soalnya kan itu sebentar banget pengumumannya... dan disaring yang emang bener2 mau belajar online waktu itu...hehehe

      atau kita bikin sendiri? hehehe

      Delete
  2. Barakallah, Uni. Maju terus pantang munduuuurrrr ;p

    ReplyDelete
    Replies
    1. hehehe...makasih anne.... mudah2an bisa makin cetar membahana..hahaha :)

      Delete
  3. Mantepppp :) Ceritanya emang bagus *bangga udah baca* Btw, Kang Iwok makin muda aja hehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. uni niatin mau uni kembangin jadi novel anak... doain ya Yan...:)

      makasih udah komen bagus juga soal buku itu...

      Delete

Patah Hati Berbuah Domain Diri

Berdiri di samping banner buku " Dan Akupun Berjilbab" yang aku susun.
Isi buku ini berasal dari lomba "Jilbab Pertama"
yang aku gusung di Multiply tahun 2010, terbit 2011 akhir dan best seller di tahun 2012.


Aku sudah lama mengenal blog. Sekitar awal tahun 2004. Sebelumnya cukup rajin menuliskan kisah dan curhatan hati di blog milik (alm) Friendster.

Belajar ngeblog dengan lebih rutin justru di Blogspot, dan kemudian makin intens di Multipy, yang sebentar lagi akan "membunuh diri".

Aku benar-benar patah hati, ketika tahu Multiply tak akan lama bisa dinikmati. Nyaris pertengahan bulan Ramadan tahun 2012, aku menghentikan tulisanku di sana. Sibuk menyimpan file-file dan akhirnya migrasi ke Blogspot lamaku, dan menjajal areal baru di Wordpress.


Tapi aku kehilangan gairah ngeblog.
read more