Launching buku Duhai Muslimah, Bersyukurlah di UIN, Ciputat, Jakarta |
Lagi-lagi keisenganku blog walking ke
MP teh Pipiet Senja, membuatku mampir sejenak, untuk membaca sebuah pengumuman
audisi naskah, bertemakan Perempuan Tangguh. Aku sempat ragu untuk ikut serta,
karena rasanya tak ada sifat itu pada diriku.
Namun karena keinginan yang kuat untuk
melatih diri agar bisa lebih baik lagi menulis, akupun mencoba menceritakan
karakter dua orang temanku di kampus yang tegar menjalani cobaan dalam meraih keturunan.
Sayangnya tulisan itu tidak selesai.
Kucoba lagi menuliskan kisah tante
yang berjuang kuat untuk mendapatkan anak setelah 15 tahun pernikahan, namun
kemudian bayinya meninggal, tapi aku tak mendapatkan greget pada tulisan itu,
karena saat itu, aku belum pernah hamil atau kehilangan bayi.
Akhirnya kertas-kertas penuh coretan
itu kuabaikan saja.
Aku ingat, kala itu bulan Februari
2008. Aku ada di salah satu hotel berbintang di Jakarta Utara, menemani suami
yang mendapatkan training dari kantor selama 2 minggu di sana. Hari-hari kuisi
dengan aktivitas berenang, bersepeda keliling Ancol, menikmati Ancol dengan
berbagai hiburannya. Sendirian. Karena suami dari pagi hingga sore hari
menjalani training.
Aku mengalami kebosanan tingkat
tinggi. Perutku terasa mual, hingga aku merasa maag kumat karena stress
sendirian di hotel. Kertas untuk menulis tidak kulanjutkan. Di kala iseng sedang memandangi eksotisnya laut
dari kamar hotel, telepon dari sepupu jauhku mengabarkan dia hamil. Berita yang
kuterima dengan suka cita. Si sepupu itu
baru bisa menikah di usianya ke 34 tahun, sehingga rasanya sangat wajar, ketika
ia mendapati dirinya hamil, maka berita gembira itu ia sebarkan ke segenap
handai taulan.
Di tengah kecamuk hati antara bahagia
mendengar berita saudara tersebut, mual karena merasa maag dan rasa miris karena belum punya momongan selama
8 tahun lebih pernikahan, akhirnya kuambil kertas, dan mengalihkan perhatianku,
dengan mencoret-coret kertas itu dan kemudian, merobeknya.
Kubatalkan diri, untuk ikut serta
dalam audisi naskah tersebut.
Ternyata, sepulang dari hotel tempat
aku dan suami menginap, aku mendapati berita baik, bahwa aku telah mengandung,
sepasang janin kembar. Mereka telah bersemayam di usia 6 minggu. Perasaan mual
yang kurasakan selama di hotel, ternyata bukan maag, melainkan mual karena
perubahan hormon dan kondisi rahim yang membesar. Alhamdulillah.
Hingga, 6 bulan setelah kabar baik
tersebut, aku mendapatkan cobaan. Kehilangan salah seorang janin dari calon
anakku. Dan, itulah perasaan kehilangan yang paling berat yang pernah aku
hadapi hingga saat itu. Rasa dukanya sangat mendalam. Hingga kupilih untuk
menelan rasa sedih itu bulat-bulat, agar putriku yang berhasil survive tidak
merasa ibunya terlalu sedih.
Aku pun lama tidak menyentuh komputer
bahkan internet. Beberapa teman di dunia maya menjadi teman nyata, datang
menjengukku di rumah sakit.
Setelah kelahiran putriku, dan
kondisi mental dan fisikku mulai stabil, aku pun membuka internet dan kembali
mencoba menulis di blog multiply. Setelah sempat, mengisahkan sedikit rasa duka
kehilanganku tersebut, tak lama aku menerima chat dari teh Pipiet Senja di YM.
Beliau menyarankanku untuk tetap ikut audisi naskah bertema Perempuan tangguh.
Aku bingung bercampur senang. Bingung hendak menulis apa, tapi senang karena
teh Pipiet Senja menyarankanku untuk ikut serta.
Akhirnya kuputuskan untuk menuliskan
kesabaran suamiku dalam menghadapi cobaan hidup memiliki seorang istri yang
lama memberinya keturunan. Betapa Bang Asis begitu kuat dan menyabarkan diriku
dalam menjalani setiap ujian hidup terkait punya anak dan cobaan kehilangan
anak. Aku bahkan menuliskan satu fase dalam hidupku, ketika aku menyarankan
suamiku menikah lagi. Aku tahu, meskipun tak boleh menyalahkan diri sendiri,
aku tetap menganggap diriku yang merupakan pasien suspect PCO lah yang membuatku
sulit memberikan keturunan.
Aku ingat sekali ketika Bang Asis
bilang “Yang kita butuhkan sekarang ini adalah menyakinkan Allah, bahwa kita
siap untuk mendapatkan amanah-Nya, Sayang…”
[hlm 163]
Airmataku deras sekali ketika
mengetikkan setiap kata dalam naskah yang akhirnya lolos dalam buku Duhai
Muslimah Bersyukurlah. Cukup lama aku mengerjakan naskah ini. Selain karena
baru punya bayi, juga karena aku adaptasi dengan perananku sebagai ibu baru,
serta mencoba untuk tak terlalu bersedih dalam menuliskan setiap kata, karena
mengingatkanku pada almarhum Miftah, kembarannya Billa.
Aku cukup lama mengendapkan tulisan
itu, membaca ulang dan mengedit lebih banyak lagi agar aura kemarahan kepada
beberapa pihak yang aku tulis di situ lebih bisa elegan dan tak menyakiti hati
orang lain.
Setelah yakin tidak ada pihak lain
yang merasa dirugikan atas tulisan tersebut, baru kukirim ke teh Pipiet Senja.
Namun naskah itu lama tidak ada kabar.
Nyaris dua tahun kemudian, bulan Juli
2010, Teh Pipiet baru memberi kabar, akhirnya buku itu lahir. Judul Naskahku
diubah menjadi “Kesabaran Yang Menguatkan”. Sebelumnya aku lupa menggunakan
judul apa, ada kata “Subhanallah” di awal judul kalau tidak salah.
Aku senang ikut serta dalam antologi
ini. Karena dalam buku itu aku sebuku dengan Gola gong, salah seorang penulis
yang kusuka ketika remaja. Tulisanku berada di halaman 157 hingga 170. Kontributor lainnya dalam buku ini antara lain
: Anneke Putri, Kinoysan, Diansya, Rini Badriah, Rosita Sihombing dan beberapa
penulis lainnya.
Satu hal yang membuatku bahagia lagi
adalah, launching buku Duhai Muslimah Bersyukurlah yang diadakan di UIN, atas
bantuan teman-teman di Pena Lectura, membuatku akhirnya bertemu secara langsung
dengan seorang Pipiet Senja. Alhamdulillah.
Uni....., tau gak.. waktu kemaren Dian hamil Lala itu, sebelumnya kan juga divonis dokter kena PCO... Pas akhirnya Dian bisa hamil lagi, Dian langsung inget tulisan Uni dibuku Duhai muslimah ini... :)
ReplyDeleteilmu Allah tak pernah bisa kita duga kan dian...)
Deletealhamdulillah, kita termasuk yang masih terus bersyukur atas tiap ujian yang kita hadapi ya... :)
Ah aku terharu membaca paragraf ini Uni :
ReplyDeleteAku ingat sekali ketika Bang Asis bilang “Yang kita butuhkan sekarang ini adalah menyakinkan Allah, bahwa kita siap untuk mendapatkan amanah-Nya, Sayang…” [hlm 163]
Betapa ternyata Uni dan Abang adalah pribadi2 yg tangguh tanpa Uni dan Abang sadari. Saya tergugah sekali Uni, semoga anak2 yang telah terlahir menjadi anak2 yg shalih shalihat.
Ikut senang atas peluncuran antologinya Uni, sering saya melihat,orang2 hebat mencapai sesuatu yang bahkan melampaui mimpinya.
:)
bang asis memang lebih tangguh dari uni... jadi uni ikutan tangguh win..:)
Deletemakasih ya atas apresiasinya.. doakan uni bisa menjadikan mimpi2 uni berubah jadi nyata...amin..
*peluk...:)